Pertanian

Berkat Pelatihan Fungsional bagi Penyuluh, Gairah Petani Kakao di Lampung Bangkit Lagi

LAMPUNG – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus menggenjot pembangunan SDM pertanian. Salah satunya dengan cara meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya pertanian yang mereka kembangkan. Salah satunya diimplementasikan di Desa Wiyono, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Petani mendapat pengetahuan mengatasi serangan penyakit komoditas kakao yang menjadi sumber tanaman mereka.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menuturkan, peningkatan kualitas SDM harus terus menerus diupayakan. Tanpa SDM andal, Mentan SYL tak yakin tujuan pembangunan pertanian yakni menyediakan pangan bagi seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor dapat berjalan dengan baik.

“Untuk itu, peningkatan kualitas SDM pertanian harus terus menerus dilakukan. Apalagi sektor pertanian kini telah berkolaborasi dengan digitalisasi dan teknologi,” kata Mentan SYL.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, SDM merupakan faktor penting terungkitnya produktivitas. Dikatakannya, ada tiga faktor pengungkit produktivitas. Pertama adalah prasarana dan sarana serta mekanisasi pertanian yang menyumbang 25 persen terhadap produktivitas. Kedua adalah regulasi mulai dari pusat hingga daerah yang juga menyumbang 25 persen terhadap produktivitas pertanian.

“Yang pertama dan utama adalah SDM pertanian yang mampu menyumbang 50 persen terhadap produktivitas pertanian,” tegas Dedi. Untuk itu, SDM pertanian harus terus menerus digenjot agar dapat terus meningkatkan kualitas hasil pertanian yang baik, sekaligus terungkitnya produktivitas pertanian. “Maka kalau kita bicara pertanian, kita bicara SDM pertaniannya yang memiliki peran vital. SDM pertanian adalah kunci dari terciptanya ketahanan pangan nasional,” tutur Dedi.

Sebagaimana diketahui, sudah berpuluh-puluh tahun tanaman kakao menjadi sumber pendapatan utama para petani di Desa Wiyono, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Namun belakangan ini, petani di sana seperti kehilangan harapan dan mulai ingin mengganti tanaman kakao menjadi komoditas lain yang lebih menguntungkan.

Yang membuat para petani seolah putus asa adalah karena ganasnya berbagai serangan penyakit yang belakangan ini makin sulit diatasi petani, khususnya penyakit busuk buah kakao. Demikian disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Setia Usaha, Welas dalam kesempatan menyambut kunjungan para calon penyuluh pertanian peserta praktik kompetensi Pelatihan Dasar Penyuluh Pertanian Ahli dari Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung di Desa Wiyono, Rabu (9/2/2022).

“Kami sudah mblenger, Mas. Entah dengan cara apa lagi mesti mengatasi penyakit busuk buah ini. kerugian kami cukup besar, terlebih dengan cuaca yang tidak menentu belakangan ini. Kalau malam hujan, sudahlah, pasti paginya buah kakao mulai menghitam membusuk,” ungkap Welas kepada para calon penyuluh peserta pelatihan yang berkunjung ke Desa Wiyono dalam rangka menggali data untuk Praktikum Identifikasi Potensi Wilayah, menyusun Program dan Rencana Kerja Penyuluhan.

Celakanya, ketika sebagian dari mereka mencoba beralih ke komoditas lain, misalnya tanaman pala, keadaannya juga tidak lebih baik, tetap saja penyakit busuk buah mengintai.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta pelatihan mencoba menggali berbagai data dan informasi terkait Identifikasi Potensi Wilayah Desa yang dimiliki Desa Wiyono sebagai bahan untuk praktik kompetensi. Untuk mengkonfirmasi ulang keterangan dari Pengurus Gapoktan, pada hari yang sama para peserta melakukan kunjungan ke lahan dan beberapa kelompok tani.

Dari berbagai keterangan yang dihimpun, selain menyusun Identifikasi Potensi Wilayah, Programa, dan Program Kerja Penyuluhan, para peserta juga merumuskan bahan penyuluhan sesuai kebutuhan petani di lokasi. Peserta memilih Tema “Mengatasi Busuk Buah dengan Mempraktekkan Pengendalian Hayati menggunakan Trichoderma”.

Penyuluhan dilaksanakan pada Jumat (11/2/2022) berlokasi di Kelompok Tani Setia Usaha IV, Desa Wiyono Kecamatan Gedong Tataan. Selaku penyampai Materi Penyuluhan adalah Harry Truemansyah, peserta asal Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Dalam kesempatan tersebut, Harry menyatakan bahwa upaya pengendalian busuk buah kakao haruslah dilakukan secara holistik dengan cara membenahi kondisi tanah agar pH-nya netral, tidak asam dan diberikan bahan organik dalam jumlah cukup, dilakukan pemangkasan, serta pemberian pupuk secara berimbang.

“Setelah berbagai langkah pengkondisian tanah dan perawatan di atas dilakukan, kita perlu mencoba melakukan pengendalian hayati dengan cara aplikasi Trichoderma,” ungkap Harry, seraya menunjukkan kemasan Trichoderma siap pakai kepada sekitar 20 orang petani yang hadir.

“Apakah Bapak/Ibu sudah pernah melakukan aplikasi pengendalian hayat ini?” tanya Harry. “Belum pernah, Pak,” jawab para petani kompak. “Makanya Bapak/Ibu perlu mencoba aplikasi ini,” tambah Harry sambil melanjutkan penjelasan bagaimana cara mengaplikasikan Trichoderma di lahan kakao melalui peta singkap yang telah disiapkan.

Saat dibuka sesi tanya jawab, para petani riuh rendah mengajukan pertanyaan mengenai aplikasi Trichoderma yang telah dijelaskan. Dari wajah para petani itu terpancar harapan untuk kembali mengelola tanaman kakao yang mereka miliki.

“Setelah mendapatkan pencerahan dalam penyuluhan ini kami merasa bergairah dan punya harapan untuk kembali mengelola tanaman kakao yang kami miliki agar menghasilkan yang lebih baik lagi,” ungkap Toni, Ketua Kelompok Tani Setia Usaha IV yang menjadi salah satu peserta sekaligus tuan rumah pertemuan tersebut.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *