Pelatihan Pascapanen Digelar, Kementan Cetak Wirausahawan Pertanian Berdaya Saing
LEMBANG – Pengembangan komoditas hortikultura yang bermutu dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun internasional, membutuhkan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan penanganan pascapanen yang baik dan benar. Penanganan pascapanen produk hortikultura penting untuk menekan kehilangan hasil baik bobot dan mutu produk serta memperpanjang kesegaran produk dan masa simpan.
Keterbatasan pengetahuan bagi para pelaku usaha komoditas hortikultura untuk penanganan pascapanen hortikultura di Indonesia menyebabkan banyak pelaku usaha hortikultura yang belum melakukan praktik penanganan hasil panen sehingga terjadi penurunan hasil, masa simpan singkat dan mutu produk kurang sesuai dengan permintaan pasar. Karena itu, penting dilaksanakan pelatihan bagi pelaku usaha untuk penanganan pascapanen yang baik.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, instansinya terus berupaya membangun kekuatan SDM pertanian untuk mewujudkan visi Indonesia maju. Untuk itu, sektor pertanian maju, mandiri dan modern harus terus diupayakan. “Pertanian maju, mandiri, modern mensyaratkan adanya proses pembelajaran yang tak pernah berhenti. Dua hal penting adalah proses learning lewat sekolah dan unlearning melalui percontohan,” jelasnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, kunci pembangunan suatu bangsa diawali pembangunan SDM, bagaimana pendidikannya, pelatihannya, penyuluhannya. “Dan dalam pertanian, SDM memiliki kekuatan besar sebagai pengungkit produktivitas setelah alat mesin pertanian dan peraturan perundangan,” terang Dedi.
Sebagaimana diketahui, pelatihan dilaksanakan selama 7 hari dari 15-21 Februari 2022, diikuti 30 orang peserta yang berasal dari Kabupaten Subang, Karawang, Majalengka, Kuningan, Indramayu dan Sumedang. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta dan menjadi pelaku usaha yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pengolahan hasil buah dan sayur.
Pelatihan sendiri dibuka pada Selasa (15/02/2022) oleh Kepala Balai, Ajat Jatnika, didampingi Koordinator Penyelenggaraan Pelatihan dan Koordinator Widyaiswara. Ajat mengatakan, berbicara agribisnis, tidak hanya tentang hulunya saja bagaimana menyiapkan sarana produksinya, namun juga bagaimana meningkatkan nilai tambah produk, dimulai dari proses pascapanen yang baik.
“Saya berharap pelatihan ini tidak berhenti hanya sampai disini namun hasilnya bisa diterapkan di usaha masing-masing. Optimalkan waktu untuk berdiskusi dengan seluruh fasilitator dan praktisi yang hadir di sini dan juga kepada sesama peserta agar ditemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi dan terjalin kemitraan yang baik,” pesan Ajat di hadapan peserta.
Selama berlatih, peserta akan memperoleh materi inti tentang Good Handling Practices (GHP), Teknologi Pascapanen Cabai Merah dan Nanas, Pengolahan Hasil Produk Pertanian Berbasis GMP, Teknologi Pengolahan Hasil Cabai Merah dan Nanas, Standar Operasional Prosedur (SOP), Memilih Cara, Bahan Kemasan dan Alat Pengemasan Manual, Prosedur Pengajuan Sertifikat PIRT, Prosedur Pengajuan Sertifikat Halal, dan Mengikuti Prosedur Menjaga Kesehatan, Keselamatan, Kerja (K3).(*)