Kementan Ajak Penyuluh Gencarkan Penggunaan Varietas Tahan Perubahan Iklim
JAKARTA,- Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para penyuluh untuk melakukan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
Ajakan itu disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi dalam Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) terkait Sosialisasi Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Pertanian 2022, yang digelar secara virtual, Jumat (11/2).
Dedi menyampaikan, perubahan iklim adalah fenomen alam yang sudah lama, sedang dan akan terus terjadi karena merupakan hukum alam. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi rumah kaca di atmosfer.
Menurutnya, walaupun perubahan iklim adalah hukum alam, namun proses peningkatan suhu ini tidak boleh terlalu cepat dengan cara menjaga bumi ini dengan baik. Disamping itu, melakukan antisipasi dampak perubahan iklim.
“Saya sangat berharap para penyuluh kita melakukan (mitgasi) dan sampaikan kepada petani bahwa saat ini kita dibantah bukan hanya COVID-19, tapi kita juga didera oleh perubahan iklim yang dipicu oleh pembakaran fosil,” kata Dedi.
Dedi menjelaskan, saat ini Kementan menghadapi tantangan dampak perubahan iklim seperti intrusi air laut, El Nino, La Nina, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Di sisi lain, Kementan bertanggung jawab memastikan kertersediaan pangan.
“Oleh karena itu kita harus antisipasi semua. Antisipasi intrusi air laut, El Nino, La Nina, dan OPT yang masif dan nggak karu-karuan. Caranya, kita harus kembangkan varietas berproduksi tinggi yang tahan dan toleran terhadap dampak perubahan iklim,” tegas Dedi.
Ditegaskannya, penyuluh sebagai agen perubahan harus mampu mengubah perilaku petani dari tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, dan dari tidak mampu menjadi mampu mengimplementasikan inovasi teknologi untuk menggenjot produktivitas.
Sebelumnya Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasi Limpo mengatakan, pertanian Indonesia masih bergantung pada kondisi alam. Hal itu menyebabkan, sektor ini sangat rentan terhadap perubahan iklim.
“Saya mendorong adanya berbagai inovasi dan teknologi Climate Smart Agriculture untuk menghadapi dampak perubahan iklim,” kata Syahrul.
Syahrul menyebutkan, setidaknya ada empat inovasi yang dapat dilakukan. Mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan air secara lebih efisien dan berkelanjutan, perbaikan dalam pengelolaan hara, dan pupuk.