LaNyalla Dapat Dukungan Jadi Presiden Saat Menutup Kongres Pemuda Marhaenis
GIANYAR – Dukungan untuk menjadi Presiden didapat Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, saat menutup Kongres X Gerakan Pemuda Marhaenis, di The Soekarno Center, Istana Mancawarna Tampaksiring, Gianyar, Bali, Jumat (5/11/2021).
Secara resmi, Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) mendeklarasikan dukungan kepada LaNyalla untuk maju dalam bursa pencapresan Pemilu 2024. Pernyataan tersebut dibacakan langsung Ketua Umum terpilih GPM Heri Satmoko.
Gerakan Pemuda Marhaenis sebagai pewaris api perjuangan Bung Karno, serta wadah berkumpulnya kader-kader anak ideologis Bung Karno, juga sebagai benteng Pancasila, berikhtiar siap bersinergi dan mendukung LaNyalla untuk tampil dalam kepemimpinan nasional.
Deklarasi dukungan itu ditandatangani oleh Dewan Pembina TNI (Purn) Untung Suropati, Ketua Umum Heri Satmoko dan Sekjen I Gusti Arya Wedakarna.
Dukungan untuk LaNyalla sangat terasa dalam kegiatan itu. Bahkan, saat Senator Jawa Timur tiba di lokasi kongres, yel-yel LaNyalla RI-1 digaungkan oleh ratusan pengurus Gerakan Pemuda Marhaenis begitu LaNyalla tiba di lokasi. “LaNyalla RI-1, LaNyalla RI-1,” pekik mereka.
Dalam kesempatan itu, LaNyalla didampingi sejumlah Senator di antaranya I Gusti Arya Wedakarna, Bambang Santoso dan Anak Agung Gde Agung (Bali), Bustami Zainuddin dan Ahmad Bastian (Lampung), Fachrul Razi (Aceh), Andi Muh Ihsan (Sulsel), Erlinawati (Kalbar), Habib Abdurrahman Bahasyim (Kalsel), Andi Nirwana (Sultra), Ahmad Kanedi (Bengkulu), Muhammad Rakhman (Kalteng), Angelius Wake Kako dan Asyera Wundalero (NTT), Stefi Pasimanjeku (Malut), Habib Ali Alwi dan M TB Ali Ridho (Banten).
Turut mendampingi Sekjen DPD RI Rahman Hadi, Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin Syaifuddin, Deputi Administrasi DPD RI Lalu Niqman Zahir, dan Kepala Bagian Protokol DPD RI Zulfikar.
Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Marhaenis, I Gusti Arya Wedakarna mengatakan, hari ini seluruh delegasi dari hampir seluruh provinsi di Indonesia hadir mengikuti kongres ini.
“Mereka hadir dengan gotong royong dan swadaya. Kami betul-betul berdiri di atas kaki sendiri,” kata Arya Wedakarna.
Dikatakannya, di sela-sela kesibukannya yang padat, LaNyalla menyempatkan hadir secara fisik menemui delegasi Kongres X Gerakan Pemuda Marhaenis.
“Satu-satunya pejabat yang mau datang secara fisik yaitu Ketua DPD RI. Jadi, mari kita pilih yang jelas-jelas saja,” katanya.
Dikatakannya, pada hari ini ada dua kekuatan besar yang bertemu dan dipersatukan dalam kongres kali ini. Kekuatan pertama adalah kehadiran 16 Senator asal Senayan.
“Suara mereka lima kali lipat lebih besar dari perolehan suara anggota DPR RI. Beliau-beliau ini secara politik meraih suara tertinggi dengan perolehan suara yang hebat,” ujarnya.
Kekuatan kedua adalah kaum Marhaenis dari seluruh Indonesia. Ia berharap kolaborasi dapat terjalin setelah acara ini.
“Setelah acara ini kita yang tidak terikat partai, anak ideologis Bung Karno, kami Banteng Kedaton, kami siap bersinergi ke depan dengan DPD RI,” ujarnya.
Arya Wedakarna juga menyatakan mendukung penuh langkah DPD RI yang mendorong Amandemen ke-5 Konstitusi.
“Kita akan perjuangkan calon Presiden dan haluan negara. Sekali kotak pandora itu dibuka, kita Marhaen harus ikut mewarnai. Harus ada pilihan pemimpin nasional yang lahir dari rahim rakyat,” tegas dia.
Arya Wedakarna sendiri berjanji siap menjembatani antara Marhaenis dengan DPD RI di seluruh daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya, LaNyalla menilai saat ini nilai-nilai dari Pancasila semakin ditinggalkan. Bahkan sudah tidak nyambung lagi dengan Pasal-Pasal yang ada di dalam Undang-Undang Dasar, yang telah mengalami 4 kali perubahan di tahun 1999 hingga 2002 lalu.
“Kebhinekaan hanya diwujudkan dengan keberagaman yang semu, melalui acara-acara seremonial. Kemudian kita yang menyebut Negara Kesatuan, ternyata penuh dengan ketimpangan antar-wilayah. Ini fakta yang tidak bisa dibantah. Termasuk sistem ekonomi yakni Ekonomi Pancasila dengan Azas Kekeluargaan dan Gotong Royong melalui Soko Guru Koperasi, telah berubah menjadi ekonomi Liberal Kapitalis,” lanjutnya.
Kini Pancasila ibarat raga tanpa jiwa. Karena hanya dibacakan saja di upacara dan peringatan hari kelahiran Pancasila, tanpa dibumikan.
Apalagi, ditambahkan LaNyalla, jika mencermati isi Amandemen Konstitusi 1 sampai 4, sudah banyak pasal diubah yang nyaris tidak nyambung lagi dengan nilai-nilai dan butir-butir Pancasila sebagai nilai luhur bangsa.
“Inilah situasi yang disebut oleh sebagian kalangan, bahwa mahasiswa yang menjadi penggerak Reformasi 1998, tidak menyadari, bahwa perubahan konstitusi empat tahap telah kebablasan dan sarat dengan muatan kepentingan para penumpang gelap. Inilah yang menyebabkan tujuan lahirnya negara ini untuk mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia semakin jauh dari harapan,” tegasnya.
Melihat fakta itulah, tambah LaNyalla, DPD RI kemudian memperjuangkan adanya Amandemen perubahan ke-5. Agar arah perjalanan bangsa bisa dikoreksi. Sehingga Indonesia menjadi lebih baik dari sistem tata negara maupun sistem ekonominya.
“DPD RI akan sekuat tenaga memperjuangkan hal itu. Supaya Indonesia lebih berdaulat dan berdikari serta mampu mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, seperti cita-cita Bung Karno dan para pendiri bangsa,” tuturnya.(***)