Nasional

Kyai Wahab Chasbullah Memanggil Konsul NU Melahirkan RESOLUSI JIHAD

Oleh: Gus Aam Wahib Wahab (Putra Almaghfulah KH Wahib Wahab)

Setelah melihat semangat juang pemuda Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan & kedaulatan Negara Republik Indonesia yang terus berkobar.

Dan juga setelah menerima laporan dari berbagai daerah mengenai kesewenang- wenangan tentara jepang dan belanda (NICA) dalam menjaga keamanan di.daerah-daerah Maka Kyai Wahab yang dari awal menyiapkan perangkat perang, semakin menemukan momentumnya,

Apalagi kala itu Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari telah memberikan anjuran untuk berjihad menggempur belanda. Seperti diltulis KH Abdul Halim Rais Akbar NU telah memberikan anjuran agar semua umat islam berjihad mempertahankan kemerdekaan & kedaulatan Negara RI, Kyai Hasyim juga meminta umat islam mengamalkan Hisbun Nasr meminta kepada NU untuk menyampaikan anjuran jihad tersebut kepada Kepala Negara. “Kalau cocok , jihad itulah yang kita harapkan, tapi kalau Kepala Negara menganggap tidak cocok, tidak masalah. Kita tetap wajib untuk berjihad dan bertempur melawan belanda”, Tegas KH Hasyim Asy’ari

Kemudian Kyai Wahab memanggil seluruh konsul NU se Jawa dan Madura, juga para pimpinan Hizbullah & Sabilillah, untuk menyikapi agresivitas tentara sekutu dan NICA. Rapat besar yang berlangsung pada 21 -22 Oktober 1945 di kantor Hoofjdbestuur NU, Jl Bubutan Surabaya, itu Kemudian melahirkan Resolusi Jihad NU Yang membakar semangat juang pemuda Surabaya dan laskar laskar pejuang lainnya di Jatim.

Adapun pokok Resolusi Jihad tersebut adalah Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Republik Indonesia sebagai pemerintahan yang sah wajib dibela dan diselamatkan, musuh RI terutama Belanda telah berusaha untuk menjajah kembali, Dan karena itu umat islam, terutama warga NU wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kaki tangannya.

Jihad melawan Belanda merupakan kewajiban bagi setiap umat islam (Fardhu ‘ain) yang tinggal di radius 94 km dari tempat musuh, sedangkan mereka yang berada di luar radius 94 km berkewajiban membantu.

Kemudian Teks Resolusi Jihad dikirimkan kepada Kepala Negara, Panglima TKR Jendral Sudirman, markas Hizbullah dan Sabilillah serta badan badan kelaskaran lainnya Dengan Resolusi Jihad tsb Semangat para pejuang semakin mendidih untuk bertempur di medan laga melawan sekutu yang diboncengi NICA. Adapun Teks Resolusi Jihad yang tersebar dan dimuat di beberapa koran daerah seperti Kedaulatan Rakyat Jogjakarta.

Putusan Jihad ini ditulis secara rinci berikut dalil dalil dari beberapa kitab pendukung seperti kitab
Bujairimi, Fathul Wahab, Aslnal Mathalib & Fathul Qorib sehingga Resolusi Jihad menggema di seluruh tanah air.

Pesan Kyai Wahab kepada para kader peserta latihan tersebut, sungguh sangat dalam maknanya,
Proklamasi Kemerdakaan 17 Agustus 1945 merupakan perjuangan merebut kembali hak asasi bangsa Indonesia dari tangan penjajah belanda telah berhasil dikumandang kan.

Namun, bukan berarti perjuangan telah selesai. Justru saat itulah awal dimulainya perjuangan paling berat untuk mempertahankan kemerdekaan dan sekaligus membuktikanvBahwa Bangsa Indonesia benar benar mampu melenyapkan segala bentuk penjajahan di bumi nusantara, sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haq segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perkedialan

Berarti pula sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itulah revolusi Indonesia mulai berkobar,
membakar semangat juang seluruh rakyat guna mempertahankan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan.

Api revolusi terus bergerak membakar seluruh jiwa rakyat di tanah air, dan tidak akan padam sebelum tercapainya cita cita luhur Revolusi, yakni Negara Republik Indonesia yang benar benar merdeka, berdaulat, bersatu, adil, makmur dibawah naungan Ideologi Pancasila, dan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan semua bangsa bangsa di dunia.

#Mengenang

Di awal Agustus 1945, Ketua Besar PBNU KH Abdul Wahab Hasbullah tiba-tiba mengirim kawat memanggil para konsul NU seluruh Jawa dan Madura ke Jombang. Dalam kawat itu hanya disebutkan untuk rapat penting dan tidak boleh diwakilkan.

200 tokoh NU yang hadir, selama satu minggu, dilatih dan digembleng dalam bidang rohani. Mereka disadarkan bakal terjadinya perjuangan yang hebat, maka kekuatan lahir-batin harus disiapkan.

Para ‘instruktur’ pelatihan dan penggemblengan itu antara lain: Hadlratussyeikh KHM. Hasyim Asy’ari sendiri, KH. Abdul Wahhab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Sahal Mansur, KHM. Dahlan, KH. Thohir Bakri, KH. Ahmad Munif Bangkalan, KH. Abdul Jalil Kudus, dll.
Puncak dari latihan dan penggemblengan itu, KH. Abdul Wahab Hasbullah memberi ijazah doa Hizb Rifa’i dan Shalawat Kamilah.

Syahdan; suatu hari KH. Abdul Wahab Hasbullah tiba-tiba datang ke tempat penggemblengan dengan menuntun seorang pemuda gagah, 26 tahun. Dengan wajah bersinar-sinar dan masih menuntun si pemuda, Kiai Abdul Wahab naik ke podium dan langsung berpidato.

Setelah khotbah pembukaan yang singkat, beliau berkata, “Saudara-saudara yang saya cintai. Saya baru saja tiba dari Surabaya dan datang ke majlis yang mulia ini dengan membawa ‘serdadu ucul’ ini (menunjuk pemuda di sampingnya). Pemuda ini anak saya, Muhammad Wahib Wahab (Ayahanda Gus Aam Wahib Wahab)

Dia seorang PETA, berpangkat… apa namanya? (dijawab oleh si pemuda: Shodancho). Shodancho itu bahasa Nippon. Apa artinya? (dijawab: Letnan). Ya, benar. Dia ini letnan. Tapi sekarang sudah ucul, lepas, dari tangsinya bersama kawan-kawannya. Peta sudah bubar karena Indonesia sudah merdeka. Proklamasi Kemerdekaan sudah dilakukan oleh Sukarno Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 ini. Allahu Akbar!”
Dan meledaklah pekik “Allahu Akbar!” berulang-ulang menggetarkan ruang.

Pada akhir pidato singkatnya, KH. Abdul Wahab mengatakan: “Saya instruksikan saudara-saudara segera pulang ke daerah-daerah untuk menyusun perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Allahu Akbar waliLlahil hamd.”

(Diceritakan oleh salah seorang peserta Latihan dan Gemblengan, KH. Saifuddin Zuhri mantan Menag RI)

Rahmat Allah untuk Hadlratussyeikh KHM. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab, KH. Bisri Syansuri, KH. Sahal Mansur, KHM. Dahlan, KH. Thohir Bakri, KH. Ahmad Munif Bangkalan, KH. Abdul Jalil Kudus, Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, para kiai dan santri pejuang kemerdekaan yang lain.

Al-Fatihah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *