Kemenparekraf Dorong Masjid Kayu Baitul Mughni Lombok Utara Jadi Destinasi Wisata Religi Kelas Dunia
LOMBOK UTARA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) hadir dalam peresmian Masjid Kayu Baitul Mughni di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) Jumat, 20 Mei 2022. Kemenparekraf mendorong masjid tersebut dapat menjadi kawasan destinasi wisata religi berkelas dunia.
Acara peresmian Masjid Al Mughi dihadiri Bupati Lombok Utara Djohan Sjamsu, Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto, Ketua Yayasan Baitul Mugni Jakarta KH Faruk Sanusi, Pimpinan Ponpes Al Istiqomah Tuan Guru Bajang (TGB) KH Hidayattullah Ahmad Jazri, Ketua MUI Lombok utara Tuan Guru Haji Badul karim.
Hadir pula Ketua Forum Kerja Sama Pondok Pesantren Lombok Utara Tuan Guru Lau Mukhsin, Direktur Utama Pandega Desain Weharima (PDW) Tiyok Prasetyo, Tim pembangunan Masjid Ustaz Gambar Tubagus Ardhika, Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA DPD NTB) Lalu Kusnawan dan Raden Santio Wibowo mewakili Kadispar Kabupaten Lombok Utara, Kapolsek Tanjung AKP BW Cahyo dan masyarakat sekitar serta para santri.
Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Gunawan menjelaskan, Masjid Baitul Mughni yang juga masjid Pondok Pesantren Al-Istiqomah di Desa Samaguna, Kecamatan Tanjung memiliki sejarah yang cukup panjang untuk ditetapkan sebagai destinasi wisata religi. “Mengingat, masjid berarsitektur kayu ini memiliki nilai historis yang cukup kuat sebagai wisata religi,” kata Wawan.
Dikatakan Wawan, slogan di Pesantren Al Istiqomah terangkum dalam Panca Jiwa Santri yakni Ikhlas, Mandiri, Sederhana, Kebebasan dan Ukhuwah Islamiyah. “Ukhuwah Islamiyah adalah adanya persaudaraan antar-sesama umat Islam. Di dalam Al-Quran dan Hadits menunjukan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum Muslimin,” terang Wawan.
Pada tahun 2021, Masjid Kayu Baitul Mughni mendapat penghargaan di dalam proses pembangunannya dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). “Latar belakang atau histori dari masjid ini dan keunikan yang dimilikinya membuat kami dari Kemenparekraf/Baparekraf ingin mendorong pemerintah daerah agar dapat menetapkan Masjid Baitul Mughni sebagai destinasi wisata religi berkelas dunia,” papar Wawan.
Wisata religi, Wawan melanjutkan, dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya seperti masjid ini.
Sebagaimana diketahui, pada saat gempa 6,4 Magnitudo mengguncang Lombok pada tahun 2018, seluruh bangunan di Pulau Lombok luluh lantak, tak terkecuali Pondok Pesantren Al-Istiqomah. Pondok Pesantren Al-Istiqomah yang didirikan pada tahun 1989 oleh TGB KH Ahmad Jazri di atas tanah seluas 3,5 hektar. Pada saat gempa mengguncang, seluruh bangunan pondok pesantren rata dengan tanah, termasuk Masjid Baitul Mughni.
Pimpinan Pondok Pesantren Al- Istiqomah sekaligus pendiri Masjid Al Mughni Tuan Guru Bajang (TGB) KH Hidayattullah Ahmad Jazri dalam sambutannya menyampaikan bahwa
Masjid Kayu yang dibangun di Pondok Pesantren Al-Istiqomah dengan luas 20 meter x 30 meter dengan mengusung konsep design bangunan adat khas masyarakat Suku Sasak Lombok yaitu Brugak Lumbung.
Lebih lanjut Hidayatullah menjelaskan bahwa masjid ini dapat menampung sekitar 2.000 orang untuk salat berjamaah. Saat ini, masjid ini menjadi Masjid Kayu terbesar di Pulau Lombok. Bukan tanpa alasan arsitektur dibangun menggunakan material kayu berumur ratusan tahun. “Tujuannya untuk menciptakan ketenangan dalam beribadah karena gempa bumi yang terus menghantui sebagian besar masyarakat. Akhirnya terciptalah mahakarya Masjid Kayu yang mampu bertahan di saat gempa,” ujar Hidayatullah.
Di saat ujian itu menjadi sebuah tangisan dan doa masyarakat di Lombok, tercetuslah sebuah gagasan dan harapan yang berasal dari seorang Guru Besar KH DR Ahmad Lutfi Fatullah dan KH Faruk Sanusi melalui Yayasan KH Abdul Mughni Kuningan, Jakarta untuk mengembalikan harapan yang hampir hilang.
Diinisiasi-lah untuk membangun kembali masjid dengan trauma besar karena gempa yang terjadi di Lombok. Akhirnya, Yayasan Baitul Mughni berkolaborasi dengan salah satu perusahaan Design arsitektur ternama di Indonesia yaitu Pandega Desain Weharima (PDW).
Masjid Kayu Baitul Mughni ini dibangun dengan memakan waktu hampir 4 tahun lamanya. Pembangunan melalui berbagai macam proses yang dilakukan secara manual dan gotong royong masyarakat sekitar. Hambatan dan kendala tidak menyurutkan semangat demi mewujudkan sebuah maha karya masjid yang mampu bertahan dari gempa. Papar TGB Hidayatullah.
Bupati Lombok Utara, Djohan Syamsu dalam sambutannya menyampaikan, pasca-gempa bumi puluhan pondok pesantren muncul dan berdiri. Namun, masih banyak puluhan mesjid yang belum dibangun kembali dan menjadi tantangan. “Dengan ditetapkan jalan lajur Senggigi sampai Kecamatan Bayan yang menjadi jalan nasional tentu membawa dampak pelebaran jalan, namun juga menjadi harapan baru untuk membangun Lombok Utara dan membuka lebar akses pengembangan bagi pariwisata,” ujar Djohan.
Tim pembangunan masjid Al Mughni, Gambar Tubagus Ardhika atau yang akrab disapa Kang Ustad Agam menyampaikan harapannya setelah diresmikannya Masjid Kayu baitul Mughni Al Istiqomah ini dapat menjadi salah satu bangunan yang mempertahankan identitas masyarakat Lombok. “Dengan mengusung desain rumah khas adat Lombok dan kental akan visualisasi original Lombok, ke depannya masjid ini bukan hanya menjadi tempat sarana shalat saja, akan tetapi dapat juga menjadikan sarana syiar Islam melalui pariwisata berbasis religi,” katanya
Acara diakhiri dengan ceramah singkat terkait peningkatan iman taqwa pada Allah SWT dan mengajak semua yang hadir untuk memuliakan dan memakmurkan masjid yang disampaikan oleh KH Faruk Sanusi, saat ceramah beliau berniat dengan mulia untuk melengkapi pembangunan Masjid akan dibangun perpustakaan dua lantai yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh para santri, jamaah dan masyarakat umum.(*)